Receh penyelamat (jiwa)

Lagi asyik-asyik menikmati hujan di pete-pete, lalu sadar kalau uang buat ongkos yang paling kecil tinggal 50 ribu-an itu rasanya kayak ada pedes-pedesnya gitu, hehe.  Kalau bisa janjian sebelum naik siy gapapa (seperti kisah yang ini), tapi kalau tidak, wuaduhhh…ribet deh urusannya. Beberapa “oknum” sopir biasanya akan menuduh kita ga niat bayar, atau yang lebih ekstrim akan melontarkan “kata-kata indah”. Yang rajin dan niat banget akan menghentikan kawannya sesama sopir pete-pete dan menukar uang tersebut. Yang males, akan mengikhlaskan.

Kalau sudah situasi kayak gini, mulailah muncul ide-ide cemerlang, hihi. Saya pernah membayar ongkos pakai pulsa.  Atau menjelajah kantong recehan, mencari sisa-sisa recehan yang tertinggal.  Opsi yang terakhir saya tempuh tadi. Di dalam dompet kecil rupanya ada beberapa keping recehan yang tersisa. Setelah menghitung-hitung dengan seksama, jumlahnya  5.200 rupiah, melebihi ongkos pete-pete 5000 rupiah. Alhamdulillah, hatiku gembira 🙂

Mode Pulang dan Pergi dengan Pete-Pete

Kalau ditanya maunya naik pete-pete saat pergi kantor di pagi hari itu yang bagaimana? Yang supirnya cepet, gak galau dan gak suka ngelirik kiri kanan dan gak suka sewot. Cepet, supaya cepet nyampe kantornya. Gak galau dan gak suka ngelirik kiri kanan, karena kalau begitu dia akan berhenti di setiap lorongnya buat jengkel bin kesel. Gak suka sewot, biar gak buat bad mood pagi-pagi.

Kalau pulang, nyarinya yang gak berisik, nyantai dan adem. Mood pulang kantor emang beda ama pergi kantor. Kalau supirnya mulai kebut-kebutan, nah biasanya saya akan ngomong ke dia, “Pak, pelan-pelan di’.” Agak heran juga siy, pete-pete yang suka ngebut itu banyakan sore hari, padahal kita butuhnya cepat di pagi hari. Aneh.

pete-pete lagi ngetem

Uang Besar

Seperti sudah suatu keniscayaan, jika naik pete-pete dan membayar dengan uang besar (50 ribu atau 100 ribu), maka siap-siaplah dicibir atau diomeli oleh sang sopir.

Makanya, setiapkali naik pete-pete, saya selalu mengusahakan membayar memakai uang pas atau yang nominalnya tidak terlalu besar.

Tapi, kalau sudah terlanjur tak ada uang kecil? Nah, ada tips yang saya pelajari dari teman saya.

Pagi ini saya mengalaminya sendiri. Uang pas saya habis, tertinggal 50 ribu di dompet. Sebuah pete-pete menghampiri.
“Pak, uangku 50 ribu. Adaji kembalianta?”
Pete-pete yang pertama menolak, bilang kalau ini masih pagi, uang yang ada tak cukup.

Namun, alhamdulillah, yang kedua mengiyakan. Walaupun hari masih terbilang pagi, tapi sang sopir sudah mempersiapkan uang kembalian.

400px-50.000Rp-front

Akhirnya, selamat sampai tujuan tanpa ada cibiran dari pak sopir.

*gambar dari  http://id.wikipedia.org/wiki/Rp50.000